بسم الله الرحمن الرحيم
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ بَعَثَ رَجُلاً عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ فِى صَلاَتِهِ فَيَخْتِمُ بِـ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}. فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ فَقَالَ: « سَلُوهُ لأَىِّ شَىْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ ». فَسَأَلُوهُ فَقَالَ: “لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا”. فَقَالَ النَّبِىُّ : « أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ » رواه البخاري ومسلم.
Dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah mengutus seorang shahabat untuk memimpin sebuah pasukan jihad. Shahabat ini yang menjadi imam bagi pasukannya dalam shalat (lima waktu berjamaah) dan dia selalu menutup bacaannya (setelah membaca al-Fatihah dan surat yang lain) dengan “Qul huwallahu ahad” (surat al-Ikhlas). Maka ketika mereka kembali (dari medan jihad), mereka menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah , maka beliau bersabda: “Tanyakan padanya apa sebabnya dia melakukan itu?”. Lalu mereka bertanya kepadanya dan dia berkata: “Karena surat itu (berisi tentang) sifat ar-Rahman (Allah ) dan aku mencintai bacaan surat itu”. (Setelah mendengar alasan tersebut) Rasulullah bersabda: “Sampaikan kepadanya bahwa Allah mencintainya”[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan hamba yang mengenal Allah dan mencintai-Nya dengan memahami kemahaindahan nama-nama-Nya dan kemahasempurnaan sifat-sifat-Nya, serta merupakan sebab Allah mencintai hamba-Nya tersebut, karena ini menunjukkan benarnya keimanan dan keyakinan dalam hatinya[2].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
– Ma’rifatullah yang benar adalah mengenal Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah, sifat-sifat-Nya yang maha sempurna dan perbuatan-perbuatan-Nya yang maha terpuji, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih dari Rasulullah , tanpa at-tahrif (menyelewengkan maknanya yang benar), at-ta’thil (menolak/mengingkarinya), at-takyif (membagaimanakannya) dan at-tamtsil (menyerupakannya dengan makhluk)[3].
Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Kita tidak boleh menyifati Allah kecuali dengan sifat yang Dia tetapkan untuk diri-Nya (dalam al-Qur’an) dan yang ditetapkan oleh rasul-Nya (dalam hadits-hadits yang shahih), kita tidak boleh melampaui al-Qur’an dan hadits”[4].
– Imam Ibnul Jauzi berkata: “Sesungguhnya ma’rifatullah (yang benar) adalah mengenal zat-Nya, mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta mengenal perbuatan-perbuatan-Nya”[5].
– Mengenal Allah dengan cara yang benar, sebagaimana yang kami jelaskan di atas, adalah sebab utama untuk mencintai Allah . Imam Ibnul Qayyim berkata: “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”[6].
– Mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya dengan rasa cinta dan menundukkan diri kepada-Nya adalah tujuan diciptakannya alam semesta beserta isinya dan diturunkannya agama yang dibawa oleh para Rasul . Allah I berfirman:
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ}
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS adz-Dzaariyaat:56).
Dalam ayat lain, Dia berfirman:
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاَطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْماً}
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui (memahami) bahwasannya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu” (QS. Ath-Thalaaq:12).
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa ibadah kepada Allah tidak akan mugkin dapat diwujudkan oleh seorang hamba dengan benar kecuali setelah dia mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan pemahaman yang benar[7].
– Hadits ini juga menunjukkan besarnya keutamaan membaca dan merenungkan surat al-ikhlas[8], karena kandungannya berisi tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah . Dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah bersbda: “Surat ini sebanding (dengan) sepertiga al-Qur’an”[9].
– Hadits ini juga menunjukkan bolehnya membaca lebih dari satu surat setelah surat al-Fatihah dalam setiap rakaat shalat[10].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 15 Jumadal akhir 1434 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
[1] HSR al-Bukhari (no. 6940) dan Muslim (no. 813).
[2] Lihat kitab “Dar-ut ta-‘aarudhil ‘aqli wan naql” (3/61) dan “Fathul Baari” (13/357).
[3] Lihat kitab “Majmu’ul fataawa” (5/26) dan “Taisiirul wushuul” (hal. 11).
[4] Dinukil oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “Majmu’ul fataawa” (5/26).
[5] Dinukil oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “Majmu’ul fataawa” (17/104).
[6] Kitab “Madaarijus saalikin” (3/17).
[7] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim tentang pembahasan penting ini dalam kitab baliau “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/178).
[8] Lihat kitab “Fathul Baari” (9/59).
[9] HSR al-Bukhari (no. 5013) dan Muslim (no. 811 dan 812).
[10] Lihat kitab “Fathul Baari” (13/356).
Baarokalloh lakum ustadz
ana mohon ijin u mencopy dan dsebarkan pada ikhwan jamaah kajian d kota ana
Abdurrozzaq
HP 081234948555
Tamansari Bondowoso
Jazakallahukhair