Keutamaan Berdoa Kepada Allah Dengan Nama-Nya Yang Paling Agung

بسم الله الرحمن الرحيم

     Dari Anas bin Malik , bahwa Rasulullah  mendengar seorang yang berdoa (dalam shalat):

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ – وفي رواية: وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ – الْمَنَّانُ، يَا بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ، يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ – وفي رواية: إِنِّي أَسْأَلُكَ…

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu bahwa sesungguhnya segala pujian adalah milik-Mu, tiada sembahan yang benar kecuali Engkau – dalam riwayat lain: satu-satunya dan tiada sekutu bagi-Mu –, Yang Maha Pemberi karunia, wahai Pencipta langit dan bumi, wahai Yang Maha Maha Memiliki keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri – dalam riwayat lain: sesungguhnya aku meminta kepada-Mu…”

Maka Rasulullah  bersabda: “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh dia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang paling agung, yang jika seseorang berdoa kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan mengabulkan (doanya), dan jika dia meminta kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan memenuhi (permintaannya)”[1].

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan besar mengenal nama Allah  yang paling agung dan berdoa kepada-Nya dengan nama tersebut, karena Allah  menjamin pengabulan doa dan permohonan hamba yang berdoa kepada-Nya dengan nama-Nya tersebut.

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Sebagian orang menyangka bahwa nama Allah  yang paling agung dari nama-nama-Nya yang maha indah tidak mungkin diketahui kecuali oleh orang-orang yang dikhusukan Allah dengan karomah yang diluar kewajaran. Ini adalah persangkaan yang keliru, karena sesungguhnya Allah  justru menganjurkan kepada kita untuk mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya. (Bahkan) Allah memuji orang yang mengenal dan berusaha memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta berdoa kepada-Nya dengan nama-nama-Nya, (baik) dengan doa ibadah ataupun doa permohonan.

Tidak diragukan lagi, bahwa (mengenal) nama Allah  yang paling agung dari nama-nama-Nya yang maha indah adalah yang paling utama dalam masalah ini.

Sesungguhnya Allah  adalah al-Jawwaad (Maha Sempurna kedermawanan dan kebaikan-Nya), yang kedermawanan dan kebaikan-Nya tidak ada batasnya, dan Dia senang melimpahkan kebaikan kepada hamba-hamba-Nya. Dan termasuk kebaikan paling agung yang dilimpahkan-Nya kepada mereka adalah (dengan) Dia mengenalkan diri-Nya kepada mereka dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha tinggi (dalam ayat-ayat al-Qur-an dan hadits-hadits Rasulullah )”[2].

Ada dua hadits lain yang menyebutkan nama Allah yang paling agung dengan redaksi yang agak berbeda dengan hadits di atas:

1. Dari Buraidah bin al-Hushaib  beliau berkata: “Rasulullah  mendengar seorang lelaki berkata (dalam doanya):

اللَّهمَّ إِني أسألُكَ بأني أَشْهَدُ أنَّكَ أنْتَ اللهُ ، لا إلهَ إلا أنتَ، الأحَدُ الصَّمَدُ ، الَّذِي لمَ ْيَلِدْ ولم يُولَدْ ، ولم يكن له كُفُوا أحَدٌ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu dengan persaksianku bahwa sungguh Engkau Allah yang  tiada sembahan yang benar kecuali Engkau, Yang Maha Esa lagi Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu, yang tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, serta tiada seorangpun yang setara dengan-Nya”

Maka Rasulullah  bersabda: “Sungguh dia telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya yang paling agung, yang jika seseorang meminta kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan memenuhi (permintaannya), dan jika dia berdoa kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan mengabulkan (doanya)”[3].

2. Dari Abu Umamah al-Bahili  bahwa Rasulullah  bersabda: “Sesungguhnya nama Allah yang paling agung (terdapat) dalam tiga surat dari al-Qur-an: surah al-Baqarah, Ali ‘Imran dan Thaahaa”[4].

Berdasarkan hadits-hadits di atas dan yang semakna dengannya, para ulama berbeda pendapat tentang nama Allah  apakah yang merupakan nama-Nya yang paling agung. Bahkan Imam asy-Syaukani menyebutkan ada sekitar empat puluh pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi, mayoritas dari pendapat-pendapat tersebut sangat lemah karena tidak dilandasi argumentasi kuat dari al-Qur-an dan sunnah Rasulullah , maupun keterangan dari para shahabat y.

Dari semua pendapat di atas, hanya tiga pendapat yang paling kuat dan lebih dekat kepada kebenaran, insya Allah. Ketiga pendapat tersebut adalah:

1. Nama-Nya yang paling agung adalah “Allah”

Pendapat ini dipilih oleh beberapa ulama Ahlus sunnah, seperti imam Jabir bin Zaid al-Azdi[5], imam ‘Amir bin Syurahil asy-Sya’bi[6] dan imam Abu Abdillah Ibnu Mandah[7].

Imam Abu Abdillah Ibnu Mandah berkata: “Nama-Nya “Allah” adalah pengenalan terhadap zat-Nya (yang maha mulia), Dia  mengharamkan menggunakan nama ini untuk siapapun dari makhluk-Nya atau dipanggil dengan nama ini sesembahan selain-Nya. Allah menjadikannya sebagai permulaan iman , tiang penopang Islam, kalimat kebenaran dan ikhlas, serta penolak sekutu dan tandingan bagi-Nya. Orang yang mengucapkannya akan terlindung dari pembunuhan (dihalalkan darahnya), dengannya dibuka kewajiban-kewajiban (dalam Islam), terikat sumpah-sumpah, perlindungan dari setan, serta dengan nama-Nya dibuka dan ditutup segala sesuatu. Maka maha suci nama-Nya dan tiada sembahan yang benar selain-Nya”[8].

Pendapat ini juga dikuatkan oleh syaikh al-Albani[9] dan syaikh ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin al-Badr, bahkan syaikh ‘Abdur Razzaq mengatakan pendapat inilah yang terkenal di kalangan para ulama dan lebih dekat dengan dalil-dalil dari al-Qur-an dan as-Sunnah, beliau juga menjelaskan bahwa nama “Allah” disebutkan dalam semua hadits yang mengisyaratkan nama Allah  yang paling agung[10].

2. Nama-Nya yang paling agung adalah “al-Hayyu al-Qayyum” (Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri dan menegakkan semua makhluk-Nya)

Pendapat ini dikuatkan oleh beberapa ulama, seperti al-Qasim bin ‘Abdur Rahman ad-Dimasyqi[11], murid shahabat Abu Umamah , imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah[12] dan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin[13].

Imam Ibnul Qayyim berkata: “Sesungguhnya sifat (Allah ) al-hayat (maha hidup) mengandung dan meliputi semua sifat kesempurnaan, sedangkan sifat al-qayyumiyah (maha berdiri sendiri dan menegakkan semua makhluk-Nya) mengandung semua sifat perbuatan Allah. Oleh karena itu, nama Allah yang paling agung yang jika seseorang berdoa kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan mengabulkan (doanya), dan jika dia meminta kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan memenuhi (permintaannya) adalah nama-Nya “al-Hayyu al-Qayyum”[14].

3. Nama-Nya yang paling agung adalah nama-nama-Nya yang (cakupan maknanya luas) mengandung semua sifat-sifat kesempurnaan dan kemuliaan-Nya, jadi bukanlah yang dimaksud satu nama Allah  yang tertentu.

Pendapat ini yang dipilih dan dikuatkan oleh syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di, beliau berkata: “Sesungguhnya nama Allah yang paling agung adalah jenis (dari nama-nama Allah ) dan bukanlah yang dimaksud satu nama tertentu. Karena sesungguhnya nama-nama Allah (yang maha indah) ada dua macam:

– Yang pertama: nama-nama-Nya yang (hanya) mengandung satu atau dua sifat, atau sifat-sifat yang terbatas.

– Yang kedua: nama-nama-Nya yang (cakupan maknanya luas) menunjukkan semua sifat-sifat kesempurnaan milik Allah, dan mengandung sifat-sifat keagungan, kemuliaan dan keindahan.

Jenis kedua inilah yang merupakan nama-Nya yang paling agung, karena nama-nama ini menunujukkan berbagai makna yang paling agung dan paling luas.

Maka nama “Allah” adalah (termasuk) nama-Nya yang paling agung, demikian pula nama-Nya “ash-Shamad” (Yang Maha Sempurna dan bergantung kepada-Nya segala sesuatu), demikian pula “al-Hayyu al-Qayyum”, “al-Hamiid al-Majiid” (Yang Maha Terpuji lagi Mulia), “al-Kabiir al-‘Azhiim” (Yang Maha Besar dab Agung), dan “al-Muhiith” (Yang Maha Meliputi semua makhluk-Nya)”[15].

Di kitab lain, beliau berkata: “Nama Allah yang paling agung di antara nama-nama-Nya adalah semua nama yang disebutkan tersendiri (dalam al-Qur-an dan hadits Rasulullah ) atau digandengkan dengan nama-Nya yang lain, jika nama tersebut menunjukkan semua sifat dzaatiyyah (berhubungan dengan zat-Nya dan terus-menurus ada) dan fi’liyyah (berhubungan dengan perbuatan-Nya yang terjadi sesuai dengan kehendak-Nya) milik Allah, atau menunjukkan makna semua sifat-Nya.

Seperti nama-Nya “Allah” yang menghimpun semua makna al-uluhiyyah (hak untuk disembah dan diibadahi) secara keseluruhan, yang merupakan semua sifat kesempurnaan-Nya.

Maka dengan ini kita ketahui bahwa nama Allah yang paling agung adalah jenis (dari nama-nama Allah ), dan pendapat inilah yang ditunjukkan dalam dalil-dalil syariat (al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi )”[16].

 

Ketiga pendapat di atas masing-masing memiliki argumentasi yang kuat dan dipilih oleh para ulama Ahlus sunnah yang terpercaya. Meskipun secara pribadi, penulis lebih cenderung memilih pendapat yang ketiga, karena pendapat inilah yang menghimpun semua dalil dari hadits-hadits Nabi  tentang nama Allah yang paling agung, Wallahu a’lam[17].

Bagi kita yang ingin berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang paling agung, yang paling baik dan utama adalah dengan mengucapkan lafazh doa yang kami sebutkan dalam hadits pertama dan kedua di atas, karena Rasulullah  sendiri yang menyampaikan bahwa doa tersebut mengandung nama Allah yang paling agung, yang jika seseorang berdoa kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan mengabulkan (doanya), dan jika dia meminta kepada-Nya dengan nama tersebut maka Allah akan memenuhi (permintaannya).

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 26 Syawal 1434 H

Abdullah bin Taslim al-Buthoni


[1] HR Ahmad (3/245 dan 3/265), Abu Dawud (no. 1493 dan 1494), at-Tirmidzi (no. 3475), Ibnu Majah (no. 3857) dan Ibnu Hibban (no. 893), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani.

[2] Kitab “Tafsiiru asma-illahil husna” (hal. 16).

[3] HR Ahmad (5/360), Abu Dawud (no. 1495), an-Nasa-i (no. 1300), at-Tirmidzi (no. 3544), Ibnu Majah (no. 3858), Ibnu Hibban (no. 892) dan al-Hakim (no. 1858 dan 1859), dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi, serta dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Hakim dan Syaikh al-Albani.

[4] HR Ibnu Majah (no. 3856) dan al-Hakim (no. 1861), dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam “ash-Shahiihah” (no. 746).

[5] Dinukil oleh imam Ibnu Abi Syaibah dalam kitab “al-Mushannaf” (7/234, no. 35612). Jabir bin Zaid adalah imam besar dari kalangan Tabi’in yang terkenal dengan kunyah beliau “Abu asy-Sya’tsaa’ dan terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah r. Lihat kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 136).

[6] Ibid. Beliau adalah imam besar yang terkenal dari kalangan Tabi’in, sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah r. Lihat kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 287).

[7] Dalam kitab beliau “at-Tauhid” (2/21). Beliau adalah Muhammad bin Yahya bin Mandah al-Ashbahani, imam besar dan penghafal hadits yang ternama. Biografi beliau dalam “Siyaru a’laamin nubalaa'” (14/188).

[8] Ibid.

[9] Dalam “ash-Shahiihah” (no. 2/371).

[10] Lihat kitab “Fiqhul asma-il husna” (hal. 72-73).

[11] Dinukil oleh imam al-Hakim dalam kitab “al-Mustadrak” (1/684). Biografi al-Qasim bin ‘Abdur Rahman dalam kitab “Tahdziibul kamaal’ (23/383).

[12] Dalam kitab beliau “Zaadul ma’aad” (4/185).

[13] Dalam kitab beliau ” Syarhul aqiidatil waasithiyyah” (1/166).

[14] Kitab “Zaadul ma’aad” (4/185).

[15] Kitab “Fathul Malikil ‘Allaam” (hal. 26-27).

[16] Kitab “Tafsiiru asma-illahil husna” (hal. 16-17).

[17] Lihat catatan kaki kitab “Tafsiiru asma-illahil husna” (hal. 17).

3 comments

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *