Jangan Halangi Terkabulnya Doa Anda Dengan Dosa dan Maksiat !

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan Halangi Terkabulnya Doa Anda Dengan Dosa dan Maksiat !

 

Siapa yang tidak ingin semua doa dan permohonannya dikabulkan oleh Allah?. Apalagi Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa telah menjanjikan hal ini dalam firman-Nya:

{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ، أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ، فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ}

“Dan jika hamba-hamba-Ku, maka (jawablah) bahwa sesungguhnya Aku Maha Dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam petunjuk” (al-Baqarah: 186).

Tapi sadarkah kita bahwa selama ini kita sendiri yang selalu menjadikan terhalangnya pengabulan doa kita? Dengan apa lagi kalau bukan dengan dosa dan maksiat yang kita selalu lakukan? Sebagaimana ucapan salah seorang ulama terdahulu, Yahya bin Mu’adz ar-Razi[1]:

لاَ تَسْتَبْطِئَنَّ اْلإِجابَةَ إذا دَعَوْتَ، وَقَدْ سَدَدْتَ طُرُقَها باِلذُّنُوْبِ

“Janganlah sekali-kali kamu merasa tidak dikabulkan (permohonanmu) ketika kamu berdoa (kepada Allah), karena sungguh kamu (sendiri) yang telah menutup pintu-pintu pengabulan (doamu) dengan dosa-dosamu”[2].

Renungkanlah firman Allah di atas, bukankah Dia menjanjikan pengabulan doa bagi hamba-Nya yang selalu memenuhi perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan beriman kepada-Nya?[3], maka bagaimana mungkin Dia akan memenuhi permohonan dan doa orang-orang yang selalu menentang-Nya dengan perbuatan maksiat dan mengkonsumsi harta yang haram?[4].

Benarlah sabda Rasulullah ketika beliau menceritakan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya acak-acakan, tubuhnya dipenuhi debu, ketika itu lelaki tersebut berdoa dengan mengangkat kedua tangannya ke langit dan menyebut nama Allah: Wahai Rabb, Wahai Rabb…, lalu beliau bersabda:

((ومطعمه حرام ومشربه حرام وملبسه حرام وغذي بالحرام، فأنى يستجاب لذلك ؟))

“(Sedangkan) laki-laki tersebut mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal, pakainnya pun tidak halal dan selalu diberi (makanan) yang tidak halal, maka bagaimana mungkin permohonannya akan dikabulkan (oleh Allah)?[5].

Dalam hadits ini Rasulullah menjelaskan bahwa orang tersebut sebenarnya telah menghimpun banyak sebab yang seharusnya memudahkan terkabulnya permohonan dan doanya, akan tetapi karena perbutan maksiat yang dilakukannya sehingga pengabulan doa tersebut terhalangi[6].

Imam Ibnu Abi ad-Dunia[7] menyebutkan beberapa ulama salaf yang terkenal dengan doa mereka yang mustajab (mudah dikabulkan oleh Allah), yang semua itu mereka raih dengan taufik dari Allah kemudian dengan ketekunan mereka dalam beribadah serta kesungguhan mereka dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Di antara mereka adalah imam al-Hasan al-Bashri, imam besar dari kalangan tabi’in, syaikhul Islam, sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah. Lahir pada tahun 22 H dan wafat 110 H[8]. Beliau pernah disusukan oleh Ummu Salamah, Istri Rasulullah dan pernah didoakan kebaikan oleh Umar bin Khattab agar diberi pemahaman dalam ilmu agama dan dicintai manusia[9].

Gambaran tentang kesungguhan beliau dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, adalah seperti yang dikatakan oleh Khalid bin Shafwan al-Bashri[10]: “Beliau (al-Hasan al-Bashri) adalah orang yang paling sesuai antara apa yang disembunyikan dan ditampakkannya, paling sesuai antara ucapan dan perbuatannya, kalau beliau duduk di atas suatu urusan maka beliaupun berdiri di atas urusan yang sama, jika beliau memerintahkan suatu perkara (dalam agama) maka beliaulah yang pertama kali melakukannya, dan jika melarang dari sesuatu maka beliaulah yang pertama kali meninggalkannya…[11].

Imam Ibnu Abi ad-Dunia menukil sebuah kisah tentang mustajabnya doa imam al-Hasan al-Bashri:

Adaseorang laki-laki dari kelompok Khawaarij[12]  selalu mendatangi majelis (tempat pengajian) imam al-Hasan al-Bashri dan selalu mengganggu/menyakiti beliau serta murid-murid beliau. Maka ada yang menyarankan kepada al-Hasan al-Bashri: Wahai Abu Sa’id (panggilan al-Hasan al-Bashri), apakah tidak (lebih baik) engkau menyampaikan (masalah ini) kepada pihak pemerintah supaya orang tersebut bisa disingkirkan dari (majelis) kita? Akan tetapi al-Hasan al-Bashri bersikap diam (tidak menanggapi usulan tersebut). Maka suatu hari orang tersebut datang lagi ketika al-Hasan al-Bashri sedang duduk dengan murid-murid beliau, lalu ketika al-Hasan al-Bashri melihat orang tersebut, beliau berdoa: “Ya Allah, sungguh Engkau maha mengetahui kelakuan buruk orang ini terhadap kami, maka cukupkanlah (lindungilah) kami dari orang tersebut dengan perlindungan yang sesuai dengan kehendak-Mu”. Maka sungguh orang tersebut langsung tersungkur (jatuh) dari kedua kakinya, dan tidaklah dia digotong sampai ke rumahnya kecuali dalam keadaan dia telah mati di atas tempat tidur. Setelah itu, al-Hasan al-Bashri selalu menangis jika teringat orang tersebut[13].

Demikianlah, semoga nasehat dan kisah di atas bermanfaat bagi kita semua.

 

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 21 Rabi’ul awwal

Abdullah bin Taslim al-Buthoni

 


[1] Biografi beliau dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (13/15).

[2] Diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi dalam “Syu’abul iman” (no. 1154) dan dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam” (hal. 108).

[3] Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 87).

[4] Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam” (hal. 107).

[5] HSR Muslim (no. 1015).

[6] Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam” (hal. 105-107).

[7] Dalam kitab beliau “Mujabud da’wah”.

[8] Lihat kitab “Tadzkiratul huffaz” (1/71) dan “Taqriibut tahdziib” (hal. 160).

[9] Dinukil oleh imam al-Mizzi dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (6/104).

[10] Beliau adalah Abu Bakr Khalid bin Shafwan bin al-Ahtam al-Minqari al-Bashri, seorang yang sangat fasih dalam bahasa Arab, biografi beliau dalam kitab “Siyaru a’laamin nubala’” (6/226).

[11] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam “Siyaru a’laamin nubala’” (2/576).

[12] Mereka adalah kelompok sesat yang mudah mencap kafir terhadap orang lain hanya karena perbuatan dosa besar yang dilakukan orang tersebut, mereka juga mudah mengkafirkan pemerintah muslim.

[13] Kitab “Mujabud da’wah” (hal. 128).

5 comments

  1. Assalamu Alaikum warahmatullohi wabarokatuh,

    semoga tulisan-tulisan ust senantiasa menjadi bashirah bagi kami yang tau agama ini, ana minta izin mengcopy guna menyebarkan usta

    jazakallahu Khairan Katsiran

Leave a Reply to ALFIR FERDIANSYAH Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *