Hadits Palsu Tentang Cinta Tanah Air

حديث: حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الْإِيْمَانِ

Hadits: “Cinta tanah air adalah bagian dari iman”.

Hadits ini adalah hadits yang palsu bahkan tidak diketahui asal-usulnya, sebagaimana penjelasan dari para ulama Ahli hadits.

Imam ash-Shagani berkata, Mulla ‘Ali al-Qari dan imam-imam lain menghukuminya sebagai hadits palsu, sementara para ulama yang lain mengatakan bahwa hadits ini tidak ditemukan asal-usulnya[1].

Kemudian makna hadits ini juga tidak benar, karena cinta tanah air adalah cinta dari watak bawaan manusia, seperti cinta kepada diri sendiri, harta, keluarga dan lain-lain. Mencintai hal-hal tersebut pada asalnya tidak dicela dan dipuji, sehingga tidak bisa dikatakan itu merupakan bagian dari iman jika berdiri sendiri, kecuali tentu saja jika dikaitkan dengan hal-hal yang dianjurkan atau diperintahkan dalam agama Islam.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata: “Hadits ini adalah hadits palsu dan maknanya tidak benar, karena mencintai tanah air, sama seperti cinta kepada diri sendiri, harta, dan lain-lain. Semua ini merupakan tabiat (asal) manusia, yang kecintaan ini (pada asalnya) tidak dipuji dan bukanlah merupakan konsekwensi iman. Bukankah kita mendapati semua manusia memiliki rasa cinta ini, tanpa ada perbedaan antara orang yang beriman dan kafir?”[2].

Bahkan kecintaan kepada hal-hal ini bisa membawa kepada sifat yang tercela dalam agama, seperti fanatik yang berlebihan, pembelaan terhadap kezhaliman, dan lain-lain.

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin berkata: “Hadits ini sangat populer di kalangan orang-orang awam (dan disangka) bahwa ini hadits shahih, padahal ini adalah hadits palsu dan dusta (atas nama Rasulullah ). Bahkan maknanya juga tidak benar, karena cinta tanah air termasuk ta’ashshub (fanatik yang tercela)”[3].

Di antara dalil yang digunakan para ulama untuk menyanggah makna hadits ini adalah firman Allah :

{وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ}

“Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung (tanah air)mu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka” (an-Nisaa’: 66).

Ayat ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari mereka dicela karena mencintai tanah air secara berlebihan sehingga tidak mau beriman dan melaksanakan perintah Allah. Dan yang dimaksud dengan mereka di sini adalah orang-orang munafik[4].

Meskipun demikian, sebagian di antara para ulama ada yang mencoba mendudukkan makna yang benar dari hadits ini dengan beberapa penafsiran, di antaranya:

– Maksud dari “tanah air” di sini adalah surga yang merupakan tanah air orang tua manusia, yaitu nabi Adam . Tentu saja mencintai surga merupakan tanda iman yang benar

– Atau maksudnya adalah kota suci Mekkah, yang merupakan tanah air tempat kelahiran Nabi Muhammad yang mulia[5].

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 18 Dzulhijjah 1435 H

Abdullah bin Taslim al-Buthoni

[1] Lihat kitab “al-Maqa-sidul hasanah” (hal 297), “al-Asraarul marfuu’ah” (hal. 190) dan “Kasyful khafaa’” (2/87).

[2] Kitab “Silsilatul ahaadiitsidh dha’iifah wal maudhuu’ah” (1/113, no. 36).

[3] Majmuu’ul fata-wa war rasa-il (49/40).

[4] Lihat kitab “al-Asraarul marfuu’ah” (hal. 190).

[5] Lihat kitab “Kasyful khafaa’” (2/87).

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *