بسم الله الرحمن الرحيم
Berbicara tentang kenikmatan di Surga, semoga Allah memudahkan kita semua menjadi penghuni Surga, berarti membahas suatu kenikmatan tinggi dan kekal yang tiada taranya. Betapa tidak, Allah menggambarkan kenikmatan tersebut demikian jelas dan terperinci, sehingga menjadikan hamba-hamba-Nya yang beriman selalu bersegera dan berlomba-lomba untuk meraihnya. Allah berfirman:
{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}
“Dan bersegeralah (berlomba-lombalah) kamu untuk (meraih) pengampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa” (QS Ali ‘Imraan: 133).
Dalam ayat lain, Dia juga berfirman:
{وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ}
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang-orang (yang beriman) berlomba-lomba (untuk meraihnya)” (QS al-Muthaffifiin: 26).
Oleh karena itu, dalam hadits yang shahih tentang gambaran tingginya kenikmatan Surga, Malaikat Jibril yang melihatnya, berkata kepada Allah : “Demi kemahamuliaan-Mu, tidaklah seorangpun yang mendengar tentang (tingginya kenikmatan) Surga kecuali dia ingin masuk ke dalamnya”[1].
Cukuplah firman-firman Allah berikut ini menggambarkan sempurnanya kenikmatan di Surga:
{وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ. نزلا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}
“Di dalam Surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Fushshilat: 31-32).
{يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
“Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas dan gelas-gelas, dan di dalam Surga itu terdapat segala apa (kenikmatan) yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata, dan kamu kekal di dalamnya” (QS az-Zukhruf: 71).
Kenikmatan di Surga tiada taranya
Allah berfirman:
{فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
“Tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat tinggi di Surga) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (QS as- Sajdah: 17).
Imam Ibnu Katsir berkata: “Arti ayat di atas: tidak ada seorangpun yang mengetahui agungnya ganjaran (kebaikan) yang Allah sembunyikan (dan sediakan) bagi mereka (orang-orang yang beriman) di Surga, berupa kenikmatan yang abadi dan berbagai macam kelezatan yang belum pernah disaksikan semisalnya oleh seorangpun”[2].
Gambaran tentang tingginya kenikmatan ini dinyatakan dalam hadits qudsi yang shahih, Allah berfirman: “Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shaleh kenikmatan (tinggi di Surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, di dengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia”[3].
Artinya: semua kenikmatan dan keindahan di dunia yang pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga atau dibayangkan dalam hati manusia, maka kenikmatan di Surga jauh melebihi semua itu[4].
Oleh karena itu, semua kenikmatan dan kesenangan di Surga yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat al-Qur-an, seperti istana-istana dari emas dan perak, istri-istri, buah-buahan, sungai-sungai, taman-taman indah, dan berbagai macam kenikmatan lainnya, semua itu meskipun nama-namanya sama dengan yang ada di dunia, akan tetapi hakikat kenikmatannya jauh berbeda, karena kenikmatan di Surga jauh lebih tinggi dan sempurna.
Shahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata: “Tidak ada sesuatupun di dunia yang serupa dengan apa yang ada di Surga kecuali namanya (saja)”[5].
Buah-buahan di Surga
Allah menjelaskan dalam ayat-ayat al-Qur-an berbagai macam buah-buahan yang lezat sebagai makanan bagi penduduk Surga. Allah berfirman:
{وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ. وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَز وَحُورٌ عِينٌ. كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ. جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
“Dan (di dalam Surga terdapat) buah-buahan dari apa yang mereka pilih. Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS al-Waaqi’ah: 20-24).
{فِيهِمَا مِنْ كُلِّ فَاكِهَةٍ زَوْجَانِ}
“Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan” (QS ar-Rahmaan: 52).
{فِيهِمَا فَاكِهَةٌ وَنَخْلٌ وَرُمَّانٌ}
“Di dalam keduanya ada (macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima” (QS ar-Rahmaan: 68).
Semua itu Allah jadikan mudah untuk mereka jangkau dan nikmati. Allah berfirman:
{وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلا}
“Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan untuk dipetik dengan semudah-mudahnya” (QS al-Insaan: 14).
Dan kenikmatan ini kekal abadi serta tiada habisnya. Allah berfirman:
{وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ لا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ}
“Dan (di dalam Surga terdapat) buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya” (QS al-Waaqi’ah: 32-33).
Gambaran kenikmatan buah-buahan di Surga
Dalam al-Qur-an, Allah menjelaskan tingginya kenikmatan dan kelezatan buah-buahan di Surga yang dirasakan oleh penghuni Surga. Allah berfirman:
{وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya” (QS al-Baqarah: 25).
Makna firman Allah dalam ayat ini “Mereka diberi buah-buahan yang serupa…”, ada tiga penafsiran dari para ulama Ahli tafsir:
1- Buahan-buahan di Surga serupa dengan buah-buahan di dunia dalam rupa dan warnanya, tetapi rasanya jelas berbeda (karena buah-buahan di Surga jauh lebih nikmat). Ini ucapan Imam Mujahid, Abul ‘Aliyah, adh-Dhahhak, -Suddy dan Muqatil.
2- Semua buah-buahan di Surga serupa dalam kelezatan dan keindahannya, tidak ada keburukan padanya. Ini ucapan Imam al-Hasan al-Bashri dan Ibnu Juraij.
3- Buahan-buahan di Surga serupa dengan buah-buahan di dunia dalam bentuk dan namanya, akan tetapi buah-buahan di Surga lebih indah rupanya dan lebih lezat rasanya. Ini ucapan Imam Qatadah dan Ibnu Zaid[6].
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Ada yang berpendapat (bahwa maknanya): serupa dalam namanya (tapi) berbeda rasanya. Ada yang berpendapat: serupa dalam warnanya (tapi) berbeda namanya. Ada juga yang berpendapat: (semua buah-buahan di Surga) serupa satu sama lainnya dalam keindahan, kelezatan dan kenikmatannya, mungkin saja pendapat (terakhir) ini yang benar”[7].
Penutup
Inilah gambaran sebagian dari kenikmatan dan keindahan Surga yang tiada taranya. Masih banyak kenikmatan dan keindahan Surga lainnya yang tidak mungkin dibahas dalam tulisan ringkas seperti ini.
Semoga Allah , dengan rahmat dan taufik-Nya, memudahkan kita semua untuk selalu meniti jalan menuju Surga-Nya dan dihindarkan dari semua jalan yang menyimpang dari jalan-Nya yang lurus. Sesungguhnya Dia Maha Pemberi petunjuk dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
{تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ}
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al Qashash:83).
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 28 Syawal 1434 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
[1] HR Abu Dawud (no. 4744) dan at-Tirmidzi (4/693), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[2] Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/606).
[3] HSR al-Bukhari (no. 3072) dan Muslim (no. 2824).
[4] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/473).
[5] Dikeluarkan oleh Imam Hannad bin as-Sariy dalam “az-Zuhd” (no. 3 dan 8) dan Ibnu Jarir ath-Thabari (1/105), dinyatakan shahih sanadnya oleh penyunting kitab “Taqriibut Tadmuriyyah” (hal. 42).
[6] Keterangan Imam Ibnul Jauzi dalam tafsir beliau “Zaadul masiir” (1/53).
[7] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 46).