4- Mendapatkan semua kemuliaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sediakan di akhirat
Imam Ibnu Katsir ketika menjelaskan kewajiban mengimani keberadaan Al-Haudh (telaga milik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat nanti) yang merupakan bagian dari iman kepada hari akhir, beliau berkata, “Penjelasan tentang telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam – semoga Allah memudahkan kita meminum dari telaga tersebut pada hari kiamat – (yang disebutkan) dalam hadits-hadits yang telah dikenal dan (diriwayatkan) dari banyak jalur yang kuat, meskipun ini tidak disukai oleh orang-orang ahlul bid’ah yang berkeras kepala menolak dan mengingkari keberadaan telaga ini. Mereka inilah yang paling terancam untuk dihalangi (diusir) dari telaga tersebut (pada hari kiamat)([1]), sebagaimana ucapan salah seorang ulama salaf, “Barangsiapa yang mendustakan (mengingkari) suatu kemuliaan, maka dia tidak akan mendapatkan kemuliaan tersebut…”([2])
Ucapan yang dinukil oleh Imam Ibnu Katsir ini menunjukkan bahwa semua kemuliaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sediakan di akhirat, seperti kenikmatan di alam kubur, meminum dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendapatkan syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang diizinkan Allah Ta’ala untuk memberikan syafa’at, bahkan termasuk dalam hal ini kenikmatan di dalam surga, hanyalah Allah Ta’ala anugerahkan kepada orang-orang yang tidak mengingkari dan mengimaninya dengan benar. Ini juga menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan mengikuti manhaj salaf, karena hanya dengan mengikuti manhaj salaflah kita bisa memahami dan mengimani hal-hal tersebut dengan baik dan benar, sehingga orang-orang yang memahami dan mengimani hal-hal tersebut berdasarkan manhaj salaf merekalah yang paling diutamakan untuk meraih semua kemuliaan tersebut dengan sempurna. Adapun orang-orang yang tidak memahami dan mengimani hal-hal tersebut dengan benar karena tidak mengikuti manhaj salaf, maka mereka sangat terancam untuk terhalangi dari mendapatkan kemuliaan-kemuliaan tersebut, minimal akan berkurang kesempurnaannya, tergantung dari jauh-dekat pemahaman tersebut dari pemahaman salaf.
Penutup
Contoh-contoh di atas jelas sekali menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan yang bisa kita raih di dunia dan akhirat dengan mengikuti manhaj salaf, masih banyak contoh lain yang tidak mungkin kami sebutkan semua. Semoga dengan contoh-contoh ini kita semakin termotivasi untuk lebih giat mengkaji dan mengamalkan petunjuk para ulama salaf dalam beragama, agar kita semakin sempurna mendapatkan manfaat dan kebaikan yang Allah Ta’ala sediakan bagi hamba-hambanya yang menjalankan agamanya dengan baik dan benar.
Sebagai penutup, alangkah indahnya ucapan seorang penyair yang berkata,
Semua kebaikan (hanya dapat dicapai) dengan mengikuti (manhaj) salaf
Dan semua keburukan ada pada perbuatan bid’ah orang-orang khalaf ([3])
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 5 Dzulqa’dah 1429 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim (Irwan Sofyan) al-Buthoni, M.A.
Artikel www.manisnyaiman.com
([1]) Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Imam Al-Bukhari (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu.
([2]) Kitab “An-Nihayah fiil Fitani wal Malaahim” (hal. 127).
([3]) Mereka adalah orang-orang yang menyelisihi manhaj salaf.
Artikel terkait: