بسم الله الرحمن الرحيم
عن جابر بن عبد الله قال: قال رسول الله : « قِوَامُ المْرَءْ ِعَقْلُهُ، وَلاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ عَقْلَ لَهُ »
Dari Jabir bin ‘Abdillah bahwa Rasulullah bersabda: “Asas (kebaikan) seorang manusia adalah akalnya, dan barangsiapa yang tidak mempunyai akal berarti dia tidak mempunyai agama”.
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam al-Harits bin Abi Usamah[1], Imam Ibnu ‘Adi[2] dan imam-imam lainnya, dari jalur Dawud bin al-Muhabbar, dari Nashr bin Tharif, dari Ibnu Juraij, dari Abu az-Zubair, dari Jabir bin ‘Abdillah , dari Rasulullah .
Hadits ini adalah hadits palsu, dalam sanadnya ada rawi yang bernama Dawud bin al-Muhabbar, Imam Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Dia adalah rawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena kelemahannya yang sangat fatal”[3].
Rawi ini juga mempunyai kitab tentang keutamaan akal yang memuat hadits-hadits yang palsu, di antaranya hadits ini, sebagaimana penjelasan Imam as-Suyuthi[4].
Imam ad-Daraquthni berkata: “Kitab (tentang keutamaan) akal dibuat (dipalsukan hadits-haditsnya) oleh Maisarah bin ‘Abdi Rabbihi, kemudian dicuri oleh Dawud bin al-Muhabbar dan dia membuat sanad-sanad (palsu) yang berbeda dengan sanad-sanad Maisarah”[5].
Demikian pula Imam al-Khathib al-Bagdadi dan Imam Ibnu Hajar menghukumi bahwa semua hadits dalm kitab tersebut adalah palsu[6].
Hadits ini juga diriwayatkan dari jalur lain dari Jabir bin ‘Abdillah , dari Rasulullah , dikeluarkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab “Syu’abul iimaan” (no. 4644).
Hadits ini juga palsu, dalam sanadnya ada rawi yang bernama Hamid bin Adam, dia adalah pendusta dan terkenal sebagai pemalsu hadits[7].
Imam al-Baihaqi, setelah membawakan hadits ini, beliau berkata: “Hadits ini diriwayatkan sendirian oleh Hamid bin Adam dan dia tertuduh berdusta”[8].
Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari jalur lain dari Jabir bin ‘Abdillah , dari Rasulullah , dikeluarkan oleh Imam ad-Dailami[9].
Hadits ini juga palsu, karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama ‘Umair bin ‘Imran, Imam Ibnu ‘Adi berkata tentangnya: “Dia meriwayatkan hadits-hadits batil (palsu) dari rawi-rawi terpercaya”[10].
Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Syaikh al-Albani dalam kitab “Silsilatul ahaadiitsidh dha’iifah wal maudhuu’ah” (no. 3606).
Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari Abu Hurairah , dari Rasulullah . Dikeluarkan oleh Imam Abu Nu’aim[11]. Hadits ini mungkar (sangat lemah), karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Musa bin ‘Ubaidah, dia rawi yang lemah dan meriwayatkan hadits-hadits yang mungkar, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal, ‘Ali bin al-Madini dan Abu hatim ar-Razi[12].
Juga dari Shahabat lain, Mujamma’ bin Jariyah , dari pamannya, dari Rasulullah . Dikeluarkan oleh Imam ad-Dulabi dalam kitab “al-Kuna wal asma’” (5/358). Hadits ini juga palsu. Imam an-Nasa-i berkata tentangnya: “Ini adalah hadits batil (palsu) dan mungkar”[13].
Hadits ini juga dihukumi sebagai hadits palsu oleh Syaikh al-Albani dalam kitab “Silsilatul ahaadiitsidh dha’iifah wal maudhuu’ah” (1/53).
Kesimpulannya, Hadits ini adalah hadits palsu dari semua jalur periwayatannya. Bahkan semua hadits tentang keutamaan akal adalah hadits yang lemah dan tidak sedikit yang palsu.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Hadits-hadits (tentang keutamaan) akal semuanya dusta (palsu)”[14].
Syaikh al-Albani berkata: “Sesungguhnya semua hadits tentang keutamaan akal tidak ada satupun yang shahih, semuanya berkisar antara (hadits) lemah dan palsu”[15].
Keterangan ini juga sekaligus merupakan sanggahan terhadap orang-orang yang mendewakan akal dan mengagungkannya secara berlebihan, bahkan mereka tidak segan-segan untuk menolak dalil yang shahih dari al-Qur-an dan hadits Rasulullah , hanya karena alasan tidak masuk akal atau dianggap tidak sesuai dengan pikiran mereka.
Padahal Allah tidak menjadikan akal sebagai sumber hukum dan rujukan kebenaran, akan tetapi Allah hanyalah menjadikan dalil yang shahih dari al-Qur-an dan hadits Rasulullah sebagai sumber petunjuk dan hukum serta rujukan kebenaran. Allah berfirman:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً}
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur-an) dan Rasul-Nya (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS an-Nisaa’: 59).
Memang akal merupakan anugerah yang Allah limpahkan kepada manusia untuk memahami petunjuk Allah dan hukum-hukum syariat-Nya, bukan untuk menghukuminya, apalagi menolak dan mendustakannya. Para ulama Ahlu sunnah bersepakat mengatakan bahwa akal yang sehat tidak akan mungkin bertentangan dengan dalil yang shahih dari al-Qur-an dan hadits Rasulullah , karena keduanya adalah wahyu dari-Nya dan akal Dia-lah yang menciptakannya.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 24 Ramadhan 1434 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni
[1] Bugyatul baahits ‘an zawa-idi musnadil Haarits (no. 816).
[2] Kitab “al-Kaamil fi dhu’afaa-ir rijaal” (3/100).
[3] Kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 200).
[4] Dinukil oleh Syaikh al-Albani dalam kitab “Silsilatul ahaadiitsidh dha’iifah wal maudhuu’ah” (1/53).
[5] Dinukil oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab “Miizanul I’tidaal” (2/20).
[6] Lihat kitab “Taariikh Bagdaad” (8/360) dan “Taqriibut tahdziib” (hal. 200).
[7] Lihat kitab “Lisaanul miizaan” (2/163).
[8] Kitab “Syu’abul iimaan” (4/157).
[9] Dalam kitab “Musnadul Firdaus” (2/143).
[10] KItab “al-Kaamil fi dhu’afaa-ir rijaal” (5/70).
[11] Dalam kitab “Hilyatul auliyaa’” (3/220).
[12] Dinukil oleh Imam al-Mizzi dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (10/319-320).
[13] Dinukil oleh Imam ad-Dulabi dalam kitab “al-Kuna wal asma’” (5/358).
[14] Kitab “al-Manaarul muniif” (hal. 64).
[15] Kitab “Silsilatul ahaadiitsidh dha’iifah wal maudhuu’ah” (1/53).
1.ustadz bagaimana cara menggunakan akal kita dalam beragama?
2. bagaimana tentang orang gila yg telah gila,,bukanlah sudah tidak ada taklif agama bagi dia. terus apakah dia akan dihukum karena sebab dia gila,,seperti hukuman orang yg bunuh diri.
3. bagaimana pula dengan orang yg bersedekah kepada orang gila,,yang akalnya menyuruhnya karena melihat dia orang yg paling ikhlas dalam berdoa dan kalau itu dosa bagaimana pula toubatnya?
4. adakah doa khusus untuk selamatnya akal dari murka allah,,ustadz
5. Ustadz nasehati saya sebab saya pernah dianggap gila sebab tergesa gesa dalam berdoa dan tidak menempatkan asma Allah pada tempatnya dalam berdoa…semoga allah membalas semua kebaikan ustadz.